Pencarian Berita

16 Agustus 2007

BOJONEGORO : Mengenal Satu-satunya Sanggar dan Pembuat Barongasi-Liong di Bojonegoro

Berita Bojonegoro News.


Yulie Sugiharto atau yang kerap dipanggil Mbah Nggi bukan hanya pengelola kesenian tradisional barongsai dan liong Sanggar Singa Lodra. Dia juga satu-satunya pengusaha pembuat alat seni asli Tiongkok tersebut di Bojonegoro.

Lima pekerja di Sanggar Singa Lodra sedang beraktivitas saat Radar Bojonegoro bertandang. Dua orang merangkai jian (tempat kue untuk persembahan dewa) yang dipesan Tempat Ibadah Tridarma (TITD) Hok Swie Bio Bojonegoro. Kian itu akan digunakan untuk upacara sedekah bumi yang bakal digelar di kelenteng yang terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Bojonegoro, tersebut pada 26 Agustus mendatang.

Di sebelah perangkai jian itu beberapa pekerja membuat liong. Mereka merangkai liong dari bambu. Liong ini dipesan oleh salah satu pengusaha di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan dua pekerja lainnnya mencuci pakaian dan aksesori liong dan barongsai.

Saat Radar Bojonegoro datang, asisten Mbah Nggi, Bambang Hariyanto, mengungkapkan, para pemesan liong dan barongsai rata-rata dari kelenteng dan pengusaha, baik dalam maupun luar Jawa. "Kalau yang luar Jawa, biasanya dari Lampung, Medan, hingga Atambua. Saya dengar buatan kita yang di Atambua dijual lagi hingga Singapura," ujarnya.

Harga liong dan barongsai cukup variatif, mulai Rp 2 juga hingga Rp 6 juta per biji. Harga tersebut sudah termasuk pakaian, aksesori, alat musik, liong, dan barongsainya. "Kalau yang mahal karena pemesannnya minta kainnya bagus. Kainnya itu harus kita datangkan khusus dari Tiongkok," terangnya.

Untuk pembuatan barongsai atau liong tidak butuh waktu lama. Untuk merangkai hanya membutuhkan waktu sehari.

Dalam sebulan, lanjut dia, pemesanan barongsai tidak begitu banyak. Namun, ketika Agustus seperti sekarang ini ada peningkatan. "Kita bukan hanya membuat barongsai dan liong yang digunakan untuk kesenian, tapi juga untuk karnaval saat agustusan seperti ini," jelasnya.

Bambang tidak tahu persis kapan berdirinya sanggar yang menempati rumah Mbah Nggi di Jalan Rajawali, Bojonegoro, tersebut. Namun, untuk pembuatan barongsai dan liong dimulai pada saat era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Gus Dur waktu itu membolehkan barongsai dan liong dipentaskan. Sejak itu, pemesanan barongsai dan liong cukup banyak," katanya.

Saat ini, Mbah Nggi bukan hanya membuat barongsai dan liong, tetapi juga membuat alat kesenian reog.

Meski kesenian barongsai dan liong berasal dari Tiongkok, para pekerja maupun pemain barongsai dan liong milik Mbah Nggi tersebut bukan etnis itu. "Rata-rata malah orang Jawa," terang Bambang.

Hal itu bukan masalah bagi Bambang, karena akan merekatkan hubungan antara etnis Tionghoa dan masyarakat Jawa. Paling tidak, bisa saling mengenal antar kebudayaan.
Share this article now on :