Pencarian Berita

06 Agustus 2007

Bertekad Wujudkan Satu Desa Satu Dokter

Thalhah: Agar Pelayanan Kesehatan Murah dan Efisien.

Komitmen Wakil Bupati Bojonegoro M. Thalhah terhadap peningkatan dan pemerataan kesehatan masyarakat tak perlu diragukan lagi. Beragam program dan gagasan siap direalisasikan untuk menyehatkan lahir dan batin masyarakat.

Menurut rektor Universitas Bojonegoro (Unigoro) itu. Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat harus ada peningkatan dan pemerataan dana kesejahteraan untuk berbagai bidang kesehatan.

"Tak hanya sebatas di kota, namun juga sampai di desa-desa, sehingga masyarakat desa bisa terjangkau pelayanan dokter dengan mudah." kata alumnus Ponpes Langitan, Tuban. itu.

Konkretnya, lanjut ketua DPD Partai Golkar Bojonegoro tersebut, adalah satu desa satu dokter. Dengan adanya satu dokter di setiap desa, peluang masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah, efisien, dan cermat bisa terealisasi.

"Selama ini pelayanan kesehatan belum optimal karena rasionya masih satu dokter satu kecamatan. Nah, kita upayakan ke depan satu dokter satu desa," jelas doktor ilmu hukum Universitas Islam Indonesia (III) Jogjakarta itu.

Peningkatan pelayanan kesehatan, kata tokoh asal Desa Kemiri. Kecamatan Malo, itu, juga dapat dilakukan dengan pemberian subsidi kesehatan bagi kelompok masyarakat kurang mampu. Juga, mengusahakan peningkatan kesejahteraan petugas-petugas kesehatan.

"Mereka (petugas, Red) juga perlu ditingkatkan kesejahteraannya. Kalau kita memperlakukan secara profesional, termasuk dengan memberikan gaji yang layak, otomatis kinerjanya juga bisa optimal. Sebab, problem mendasarnya sudah tuntas," papar mantan sekretaris PC NU Bojonegoro itu.

Mantan wakil ketua DPRD Bojonegoro itu mengingatkan, hal yang perlu diperhatikan lagi adalah peningkatan sarana dan prasarana kesehatan. Karena itu, pengembangan sarana penunjang kesehatan, termasuk pengadaan laboratorium kesehatan yang terjangkau masyarakat kurang mampu, harus dilakukan.

Ini penting direalisasikan. Karena selama ini kesan masyarakat desa terhadap laboratorium adalah mahal dan di kota. Dan sekarang, konsep ini perlu di balik. Menurut Thalhah. masyarakat desa perlu dibiasakan dengan "mengakrabi" laboratorium agar penyakit bisa dideteksi sejak dini.

"Tentunya dengan memberi kan subsidi minimal untuk tiaptiap puskesmas," imbuh ketua tim fasilitasi dan mediasi pembebasan lahan Blok Cepu itu. Keberadaan apotek milik pemkab setempat dan RSUD, juga tak luput dari perhatian pria yang sering diundang untuk ceramah agama itu. Menurut Thalhah, pengembangan apotek dan RSUD dr R Sosodoro Djatikoesoema Bojonegoro harus dilakukan secara menyeluruh. Ini agar kualitas pelayanan rumah sakit terhadap pasien terus membaik.

"Kita juga perlu mulai memikirkan bagaimana menghidupkan rumah sakit islam/haji," ujarnya.

Selain pembenahan internal, upaya peningkatan dan pengembangan sarana kesehatan juga serius direncanakan Thalhah. Di antaranya, dengan mengupayakan bantuan peralatan rumah sakit dari Jerman. Dengan kondisi terkini Bojonegoro yang segera menyandang status daerah industri, rencana itu bukan hal yang mustahil.

"Selama kita mau dan berusaha keras, insya Allah tetap ada jalan. Tentunya dengan menggalang kerja sama dengan lembaga donor kesehatan asing atau institusi lainnya," imbuhnya.
Share this article now on :